Senin, 22 Oktober 2012

Tari Kecak

Kecak (pelafalan: /'ke.t@3;ak/, secara kasar "KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack), adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

History/Sejarah
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

Story/Cerita


Tari Kecak merupakan salah satu tari Bali populer yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan biasanya oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.

Sejarah Tari Sekar Jempiring

Jempiring adalah sebuah tanaman yang merupakan MASKOT Kota Denpasar yang berwawasan budaya dengan warna putih berbau khas tersendiri, terhembus gemulai oleh angin sepoi-sepoi menari disetiap sudut kota.
Terinspirasi oleh seorang Bintang Puspayoga, terciptalah sebuah tari penyambutan untuk tamu-tamu disetiap acara-acara resmi Pemerintah Kota Denpasar. Dengan keinginan yang luhur bersama-sama para seniman Kota Denpasar, terwujudlah Tari Sekar Jempiring yang merupakan kado kenangan bagi masyarakat Denpasar di akhir masa tugas beliau pada akhir 2004.
Terselip oleh makna keagungan, keharuman dan kesucian bunga jempiring, penggarap menginterprestasikan dalam bentuk tari yang terkemas dari pola-pola gerak tradisi yang dikembangkan menjadi bentuk baru dan terkombinasi oleh musik gambelan Gong Kebyar yang kekinian sesuai kelemah – lembutan bunga jempiring.
Terkemasnya komposisi musik dan tari ini maka lahirlah sebuah tarian dengan judul “SEKAR JEMPIRING”
Penggagas Ide : Ibu Bintang Puspayoga
Penata Tabuh   : I Ketut Suandita, Ssn
Penata Tari       : Ida Wayan Arya Satyani, Ssn

Sejarah Tari Legong Keraton

Tari Legong Keraton adalah salah satu tari kelasik yang dipercaya sebagai sumber inspirasi munculnya tari-tari kreasi baru di Bali. Tari Legong adalah berasal dari desa Sukawati, yaitu di Puri Paang Sukawati. Dari Sukawati legong berkembang kebergagai pelosok desa di Bali seperti; di Puri Agung  desa Saba ( sekarang di Puri Taman Saba), di Peliatan, di Bedulu, di Benoh Denpasar, dan lain sebagainya. Di desa Saba yaitu di Puri Saba tari legong keraton, menurut I Gusti Gede Raka sudah ada sekitar tahun 1911, dibawah pimpinan serta asuhan I Gusti Gede Oka yang bergelar Anak Agung di desa Saba, yaitu kakek beliau sendiri.
IGusti Gede Oka dengan membawa calon penari datang ke Sukawati, belajar tari legong di desa Sukawati yaitu di Puri Paang, dengan guru tarinya pada waktu itu adalah Anak Agung Rai Perit. Di atas tahun 1920-an kepemimpinan sekha legong di Saba yang juga merangkap sebagai pelatih dan pembina seka legong di Saba adalah putra beliau bernama I Gusti Bagus Jelantik sampai tahun 1940-an, yang mana beliau juga belajar di Puri paang Sukawati.  Di atas tahun 1945-an kepemimpinan sekha legong  yang juga merangkap sebagai pelatih dan pembina adalah I Gusti gede Raka yaitu keponakan dari I Gusti Bagus Jelantik, yang lebih dikenal dengan sebutan Anak Agung Raka Saba, karena beliau adalah orang Puri.
Tari Legong Keraton Saba dibawah binaan Agung Raka membawa nama tari Legong Keraton Saba sangat terkenal diseluruh Bali, dan juga di manca negara. Sekha Legong Keraton dibawah asuhan Agung Raka, sering melanglang buawana ke luar negeri, seperti misalnya; ke Italy, Jerman, London, Prancis, di bawah pimpinan langsung Agung Raka. Tahun 2000 Agung Raka meninggal dunia, dan selanjutnya kesenian di Saba di teruskan oleh anaknya yaitu I Gusti Ngurah Serama Semadi, yang lebih dikenal dengan sebutan Anak Agung Ngurah Rai Saba, sebutan ini adalah karena orang Puri. Keberadaan legong Saba tetap seperti sebelumnya, dan selalu membentuk regenersi demi tetap eksisnya legong Keraton Saba. Agung Rai ikut membantu ayahnya mengajar Legong sejak tahun 1980-an sampai sekarang.
Di Saba ada beberapa jenis Legong dilihat dari judul yang digunakan, yaitu :
1. Legong Keraton Lasem,
2. Legong Keraton Sudarsana,
3. Legong Keraton Candrakanta,
4. Legong Keraton Semara Dahana,
5. Legong Keraton, Kupu-Kupu Tarum,
6. Legong Keraton Kuntir (Kutir),
7. Legong Keraton Legod Bawa,
8. Legong Keraton Bapang,
9. Legong Keraton Jobog.
Semua jenis Legong ini pernah ada di Saba, tetapi sekarang yang biasa dipentaskan adalah Lasem, Jobog, Semara Dahana, Bapang, Sudarsana, dan Candrakanta.
Adapun beberapa jenis  legong ini juga diajarkan di SMK. Negeri 3 Sukawati, seperti misalnya :  Legong Lasem, Legong, Kuntir, Legong Bapang dengan memakai gaya yang memang ada di KOKAR yang sekarang bernama SMK. Negeri 3 Sukawati. Menurut I Gusti Gede Raka (Alm), Legong memang berasal dari Sukawati, tetapi setalah berkembang ke Saba, ke Peliatan, ke Badung, dan yang lainnya, maka akhirnya  muncul stile-stile yang kemudian menjadi ciri khas daerah masing-masing. Selajutnya I Gusti Gede Raka mengatakan legong yang didapatkan di Sukawati adalah; Legong Lasem, Kuntir, Kupu-kupu Tarum, Jobog. Jenis Legong seperti; Legong Sudarsana, Semara Dahana, Legod Bawa, Candrakanta adalah lahir di Saba.